KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat Dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “tentang Ilmu Fisiologi
Olahraga” ini dengan sebaik-baiknya.
saya sadar bahwa makalah ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan guru/dosen, rekan-rekan dan
pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril maupun spiritual. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
“Tiada Gading yang tak Retak”
pepatah itulah yang mewakili ungkapan perasaan saya bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, maka kiranya kritik dan saran sangat saya nanti dari para pembaca.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................
i
DAFTAR
ISI................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................................... iii
B.
Rumusan Masalah............................................................................................... iii
C. Tujuan
penulisan ................................................................................................ iv
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi Olahraga............................................................................ 1
1.
Psikologi Olahraga Diperlukan dalam
Olahraga.......................................... 1
2.
Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet
Agar Memiliki
Mental yang Tangguh.................................................................................. 2
B. Aspek-Aspek
Psikologi Olahraga....................................................................... 3
1.
Berpikir Positif.......................................................................................... 3
2.
Penetapan Sasaran..................................................................................... 4
3.
Motivasi..................................................................................................... 5
4.
Emosi......................................................................................................... 5
5.
Kecemasan dan Ketegangan..................................................................... 6
6.
Kepercayaan Diri....................................................................................... 7
7.
Komunikasi............................................................................................... 8
8.
Konsentrasi................................................................................................ 9
9.
Evaluasi Diri.............................................................................................. 10
C.
Persiapan Pertandingan...................................................................................... 11
1.
Sebelum Hari Pertandingan....................................................................... 11
2.
Pada Hari Pertandingan............................................................................ 12
3.
Saat Bertanding......................................................................................... 13
4.
Setelah Hari Pertandingan......................................................................... 14
D.
Pelatih Sebagai Pembina Mental Atlit................................................................ 14
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 16
B. Saran.................................................................................................................. 16
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................... 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ada
beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan
menghayati dunia beserta isinya.Pendekatan-pendekatan tersebut adalah takwa
kepada Allah, ilmu pengetahuan, seni dan agama.psikologi olahraga adalah usaha
untuk memahami atau mengerti seorang atlet dalam hal makna dan
nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut sangat luas dan mencakup secara
keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi olahraga berusah
untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk berprestasi di kanca
internasional.
Oleh karena itu
psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan
dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga
seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi
seorang atlet yang berprestasi.
Pada mulanya kata
psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut masalah
keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, dapat di tentukan rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini, yaitu :
1.
Jelaskan Pengertian Psikologi Olahraga
2. Jelaskan Aspek-Aspek Psikologi Olahraga
3.
Jelaskan Persiapan Pertandingan
4.
Jelaskan Pelatih Sebagai Pembina Mental
Atlit
C.
Tujuan
penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas yang telah di susun dengan baik, maka tujuan dari pada penulisan
ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui Pengertian Psikologi Olahraga
2. Mengetahui Aspek-Aspek Psikologi Olahraga
3.
Mengetahui Persiapan Pertandingan
4.
Mengetahui Pelatih Sebagai Pembina
Mental Atlit
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikologi Olahraga
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku
manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku
yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya
sendiri.
Ilmu psikologi
diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi
olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk
membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan
sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam
kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk
membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik
dari sebelumnya.
1.
Psikologi Olahraga Diperlukan dalam
Olahraga
Meningkatnya
stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik
dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka
dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan
hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini
seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya.
Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya
dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga
diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa
yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan
ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.
2.
Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet
Agar Memiliki Mental yang Tangguh
Mental
yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan
yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental
atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara
individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil
setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan
"psikotes", dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet
biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan
fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya
tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering
beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil
psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis
seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi
olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek
psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan
kemudian) yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung
dari komitmen si atlet terhadap program tersebut.
B.
Aspek-Aspek
Psikologi Olahraga
Pengaruh
faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet
tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis
yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya
dengan pertandingan dan masa latihan.
1.
Berpikir Positif
Berpikir positif
dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,
melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi
terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir
positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir
positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau
mental yang tangguh.
Pikiran positif akan
diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan
menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas
pikiran negatif seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya
tanggung" dan sebagainya, maka kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena
itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir positif, hindari yang negatif.
Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet. Daripada mengatakan:
"Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan
berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif
walaupun maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa
melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena
bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih,
tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat
berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada
tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan
menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
2.
Penetapan Sasaran
Penetapan
sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu
membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan
maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah,
sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan
sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a. Sasaran harus
menantang.
Sasaran yang ditentukan
harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai
sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat
dicapai.
Buatlah sasaran itu
cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa
sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran
terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi
berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah
untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia
akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus
meningkat.
Mulai dari sasaran yang
relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin tinggi,
semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap
latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang
bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu
kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek,
sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya
juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya
atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian
sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3.
Motivasi
Motivasi
dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan
bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan
sesuatu. Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara
motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari
dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet
dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk
bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan. Motivasi yang
baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah atau
penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan
lebih lama menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan
pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada
hal-hal yang material. Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran
pelatih dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan
menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk
dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan
bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4.
Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet
menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri,
pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal
sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu
diperhatikan di sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar
tidak merugikan diri sendiri.
Pengendalian emosi
dalam pertandingan olahraga seringkali menjadi faktor penentu kemenangan. Para
pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi atlet asuhannya,
bukan saja dalam pertandingan tetapi juga dalam latihan dan kehidupan
sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal apa saja yang dapat membuat
atletnya marah, senang, sedih, takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih
perlu juga mencari data-data untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya.
yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan atlet lainnya. Gejolak
emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit
perut, kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis
maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil
maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya
beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan
tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik. Apalagi jika
lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat
dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan
buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak
tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya
dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement). Sebelum
pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus diketahui
sumber-sumber ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya
komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara
terpisah mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi.
5.
Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan
perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut
mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan
tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam
pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu,
telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan
yang penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya.
Sebagai usaha untuk
dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam menghadapi
pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini :
a.
Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan
kecemasan.
b.
Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam
pertandingan sesungguhnya.
c.
Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika
mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d.
Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau
pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e.
Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis
memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f.
Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta
secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g.
Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h.
Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i.
Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan
sesuatu yang diperlukan saat itu.
j.
Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6.
Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah
pasti menjadi salah satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang
atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan
mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet
tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara
sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.
Peran
pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat untuk
untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana
letak kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk
setiap atlet dan bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya
agar target dapat tercapai jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan
kritik membangun dalam melakukan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik
negatif bahkan akan mengurangi rasa percaya diri. Jika pemain telah bekerja
keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan Anda sebagai
pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik),
hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah
dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana
seharusnya. Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan
sesegera mungkin dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak
kemenangan.
7.
Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah
komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering
timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan
atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa
diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih.
Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Untuk menghindari
terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik
komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan
pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang
baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi
pengertian tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap
individu.
Sebelum program latihan
dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan
dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi
pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah
untuk memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya.
Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh
pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia
tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum
minuman bersoda. Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah
dibuat, haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet
dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang
melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang sama. Demikian
pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari. Pelatih pun perlu
bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah
bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan
dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet
datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas
keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut
harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
8.
Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di
mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu
tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan
konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan
berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi
pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah
yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya
akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak mengenai
sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak
tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang.
Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9.
Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai
usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini
perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya
pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan
dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target
pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi
hal-hal yang telah dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi
penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk. Oleh karena itu, pelatih
perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan harian mengenai
latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan
diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah
jika menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang
kurang.
Biasakan agar atlet
mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di dalam
bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:
- Target jangka
panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang
dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau
penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai
kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya
pertandingan.
- Hal yang mengganggu
emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang
didapat atas suatu keberhasilan. Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara
teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu
memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia
pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai
bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
C.
Persiapan Pertandingan
Setelah atlet dilatih
baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan yang
tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun ke dalam
pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan
seluruh kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di
bawah form, artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang
dimilikinya pada saat pertandingan.
Untuk mengatasi hal
seperti di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung yang tercapainya
prestasi optimal dan dilakukan perwapan mental untuk menghadapi suatu
pertandingan agar si atlet dapat menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga
tercapailah prestasi puncak.
Ada empat tahap penting
dalam persiapan menuju pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari
pertandingan
(2). Pada hari
pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari
pertandingan.
Berikut uraiannya dalam
contoh persiapan pertandingan bulutangkis:
1. Sebelum Hari
Pertandingan
a. Kumpulkan data
mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Jika memungkin- kan, putarlah rekaman
pertandingannya. Kemudian susunlah strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain
ganda, diskusikan strategi tersebut dengan pasangannya.
b. Pantau kemajuan
atlet, baik fisik maupun mentalnya dengan memperhatikan bagaimana tingkat
konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power, dan kelancaran menjalankan
ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan secara umum.
c. Pantau tingkat
kecemasan atlet dengan melihat ekspresi wajahnya apakah cerah atau murung: apakah
sinar matanya letih atau segar dan awas. Juga perhatikan suasana hatinya,
bagaimana kualitas tidur dan makannya, apakah ia mengalami faktor-faktor
psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot, sesak nafas, demam, batuk,
keringat dingin, dan sebagainya.
d. Pada saat tidak
latihan, pastikan bahwa atlet tidak "hidup dan berpikir" mengenai
pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya
yang dapat memberikan suasana gembira, sehingga ia bisa mengalihkan pikirannya
sejenak dari pertandingan.
e. Satu hari menjelang
pertandingan, biasanya cukup latihan ringan saja dan tidak perlu berada di
lapangan terlalu lama. Pada malam hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat
yang tepat, tidak perlu tidur terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan
relaksasi dan visualisasi. Jika pertandingan besok dilakukan pagi atau siang
hari, siapkan alat-alat perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan
perlengkapan cadangan malam ini juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan
semua dalam keadaan baik.
2. Pada Hari
Pertandingan
a. Bangun tidur pada
saat yang tepat, malamnya harus tidur cukup dan tidak berlebihan. Kemudian
lakukan aktivitas rutin kebiasaan sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa,
stretching, sarapan (perhatikan kapan harus makan dan apa yang harus dimakan),
latihan relaksasi dan visualisasi, memeriksa kembali perlengkapan pertandingan
termasuk cadangannya. Mulailah hari ini dengan gembira, optimis, dan berpikir
positif.
b. Berangkatlah ke
tempat pertandingan pada saat yang tepat. Perhitungkan jarak ke tempat
pertandingan, bagaimana mencapainya, kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu
berangkat terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga tidak ada
waktu untuk istirahat, penyesuaian dan pemanasan.
c. Di tempat pertandingan
pelatih perlu mengenali atlet mana yang berada didekat teman-temannya dan mana
yang lebih suka menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang akan
bertanding, jangan lupa melapor panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan
atlet sudah hapal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping,
tempat ganti senar, dan sebagainya.
d. Sambil melakukan
pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level `semangat' dlan tetap berpikir
positif. Pelatih dapat mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara
sekilas. Lakukan stroke dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat
dilanjutkan dengan'visualisasi clan relaksasi.
3. Saat Bertanding
Saat bertanding tiba,
bukan waktunya lagi untuk memikirkan teknik memukul atau bagaimana harus
melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam latihan dan sudah dihayati dalam
visualisasi. Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah
divisualisasikan dan melakukannya sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang
adalah saatnya melakukan konsentrasi penuh hanya pada bola dan jalannya
pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau clan
menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan relaksasi.
b. Pusatkan perhatian
semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani.
Kesalahan yang baru
atau pernah terjadi, clan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.
c. Berpikir positif dan
optimis, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif.
d. Jangan terlalu
banyak menganalisa.
e. Bermainlah dengan
irama sendiri, jangan terbawa irama lawan.
f. Menjalankan strategi
yang telah disiapkan. Jangan diubah jika strategi itu berjalan. Lakukan
evaluasi singkat, jika strategi tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan
alternatif strategi yang sudah dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal
negatif seperti, menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berbicara terhadap
diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan kemampuan clan menyerah
sebelum pertandingan selesai.
h. Jika bermain bagus,
jangan bertanya mengapa clan mengganti apapun; biarkan berjalan demikian.
Jangan mengendor jika sedang leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu
kasihan jika lawan mendapat angka nol.
4. Setelah Hari
Pertandingan
a. Mintalah atlet
mencatat hal-hal posisitf maupun negatif yang dirasa berpengaruh terhadap
penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan hanya yang bersifat teknik,
taktik, clan strategi, tetapi juga yang bersifat mental, bahkan hal-hal kecil
lainnya. Catat hasil tersebut dalam buku evaluasi si atlet.
b. Evaluasi penampilan
dalam pertandingan tadi. Apakah mencapai sasaran?
c. Putuskan apakah
perlu diadakan penyesuaian terhadap program latihan.
d. Pusatkan perhatian
terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan.
D. Pelatih
Sebagai Pembina Mental Atlit
Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai
fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program latihan, sebagai motivator,
konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang
berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama
halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu
dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu
tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempura.
Dalam mengisi peran
sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan atlet
asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau
hal-hal yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus
dapat berperan sebagai teman, guru. orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi
atlet asuhannya. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang
yang ingin mengembangkan prestasi, akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap
pelatihnya. Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya
harus dilandasi oleh adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut.Empati
ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan
atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara total tanpa ia
sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti keadaan atlet dapat
diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet
yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi pelatih untuk
mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan
psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki
sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan
pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang
pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal
terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet
percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih
adalah untuk kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan
kepercayaan tersebut dari atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi
harus membuktikannya melalui ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali
atlet mempercayai pelatih maka seberat apapun program yang dibuat pelatih akan
dijalankan oleh si atlet dengan sungguh-sungguh.[1]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku
sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada
pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat
bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri. Serta psikologi
olahraga mempunyai aspek yang perlu menjadi pegangan kita yaitu berpikiran
positif. Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan
sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan
saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan
membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk
menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat
memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh
B. Saran
Demikanlah makalah yang telah saya
susun dan saya buat, tentu saja dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, maka itu kritik dan saran yang membangun baik dari dosen, teman
atau siapapun sangat saya harapkan, sekian saya ucapkan banyak terima kasih.
Wassalammualaikum wr wb.
DAFTAR
PUSTAKA
—
http://www.arhysinjai.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar