KATA
PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis
panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan kemampuan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah berjudul Klasifikasi Tanah Sesuai Dengan Jenis Tanaman ini,
ditulis untuk memenuhi salah satu tugas individumata kuliahBioteknologi
Pertanian. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi seluruh pembaca dan khususnya penulis. Tetapi penulis hanyalah manusia
biasa yang tidak luput dari kesalahan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menghasilkan karya yang jauh
lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................................... iii
B.
Rumusan Masalah............................................................................................... iv
C.
Tujuan Dan Manfaat........................................................................................... iv
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi Tanah................................................................................................ 1
B.
Jenis-Jenis Tanah................................................................................................. 1
C. Karakteristik
tanah yang terdapat di Indonesia dan di Dunia............................. 3
D. Jenis Tanah, Persebaran Dan Pemanfaatannya Di Indonesia.............................. 5
a)
Tanah Vertikal........................................................................................... 5
b)
Tanah Horizontal....................................................................................... 6
BAB III METODOLOGI
A.
Waktu, Tempat, Alat, Bahan.............................................................................. 12
B.
Metode................................................................................................................ 12
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................................... 13
B.
Saran .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat
dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan
dengan perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu
pesat, memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama
untuk pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah
adalah akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai
akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan
relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam yang
masih muda, sehingga masih belum lengkap untuk
menampung semua persoalan teori dan
praktek dengan memuaskan. Untuk membahas ilmu ini dapat
ditempuh dua jalan yang berbeda dalam sudut pandangnya adalah :
Ø Pedologi
: ilmu tanah yang mempelajari tanah
sebagai suatu bagian dari alam yang berada dipermukaan bumi, yang
menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dengan faktor pembentuknya.
Ø Edaphologi
: ilmu tanah yang mempelajari tanah
sebagai suatu alat produksi pertanian yaitu yang
mempelajari tanah sebagai alat dengan hubungannya
pada tanaman.
Dalam
kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada
dipermukaan bumi ini dipergunakan sebagai usaha
pertanian, maka dapat dikatakan bahwa tanah
adalah alat produksi yang menghasilkan
berbagai produk pertanian. Sehingga tanah merupakan
komponen hidup dari lingkungan yang
penting, yang dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman
dengan memperhatikan sifat fisik, kimia dan
biologinya.
Sebagai
manusia biasa mungkin kita hanya dapat mempelajari
sedikit tentang sifat – sifat tanah , struktur tanah,
tekstur tanah maupun pengetahuan tentang unsur-unsur
yang terkandung dalam tanah.
Tanah merupakan kendaraan
pokok bagi kegiatan pertanian manusia, oleh
karena itu adalah sangat penting mempelajari ilmu
tanah guna menunjang kegiatan pertanian di masa
mendatang. Disinilah pentingnya membekali kegiatan
praktikum mengenai ilmu tanah bagi mahasiswa
pertanian yang motabene akan menjadi generasi yang
akan berjuang memajukan dunia pertanian Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka dapat ditarik beberapa
rumusan masalah yang akan di angkat dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1.
Jelaskan tentang Klasifikasi Tanah !
2.
Jelaskan tentang Jenis-Jenis Tanah !
3.
Jelaskan tentang Karakteristik tanah yang terdapat
di Indonesia dan di Dunia. !
4. Jelaskan
tentang Jenis Tanah, Persebaran Dan Pemanfaatannya Di Indonesia !
C. Tujuan Dan Manfaat
Dengan mempelajari jenis-jenis tanah
yang ada, maka kita dapat mempermudah mempelajari ilmu tanah serta merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Dasar-dasa Ilmu Tanah.
Setiap mahasiswa yang khususnya
mendapat tugas ini, bermanfaat untuk mendalami ilmu tanah jenis-jenis tanah
yang ada di Indonesia dan belahan dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Teknis/Tanah
Klasifikasi
teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam
tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan,
tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka
sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
Pada
awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
1. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah
berupa iklim dan vegetasi,
2. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah
berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
3. Tanah azonal, yakni tanah yang belum
mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan
tanah.
Kemudian
dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah
(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan
dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat
alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang
dipengaruhi oleh proses genesis.
Berdasarkan
ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi
tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup,
family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis
tanah. Kedua belas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols,
Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols,
Ultisols dam Vertisols.
B. Jenis-Jenis Tanah
Ø Alfisols
Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa
sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan
planosols.
Ø Andisols
Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik.
Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
Ø Aridisol
Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan
tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
Ø Entisols
Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan
aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
aluvial, regosol dan tanah glei humus rendah.
Ø Gelisols
Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia
Ø Histosols
Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis
40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
bog dan tanah gambut.
Ø Inceptisols
Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi,
tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm.
Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei
humik dan glei humik rendah.
Ø Mollisols
Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
Ø Oxisols
Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari
permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah
laterik.
Ø Spodosols
Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
Ø Ultisols
Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%)
yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan
lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
Ø Vertisols
Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai
retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini
adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols,
Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols.
Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang
mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
C.
Karakteristik tanah yang terdapat di
Indonesia dan di Dunia.
Jenis-Jenis Tanah- Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan
menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada
faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah
dengan klasifikasi yang berbeda. Tingkat kategori yang sudah banyak
dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu tingkat
kategori jenis (great soil group).
Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat tersebut sering digunakan untuk
mengelompokkan tanah di Indonesia.
1. Tanah Organosol atau Tanah Gambut
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai
ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur,
konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara
rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa
tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang
baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
2. Tanah Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari
material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis
ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai.
3.
Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar.
Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di
daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang
tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami
proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng
gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
5. Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun,
dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan
gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
6. Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah
iklim subhumidatau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500
mm/tahun.
7. Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah
tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga
berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
8.
Tanah Podzol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim
basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra
Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.
9. Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah
beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering.
Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas
800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
10. Tanah Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di
daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan
ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah
mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.
11. Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu
topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang
air, dan warna kelabu hingga kekuningan
D.
Jenis Tanah,
Persebaran Dan Pemanfaatannya Di Indonesia
Tanah
dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil
pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak mengandung
bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal dari
jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora, fauna maupun manusia,
sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati berupa batuan dan
mineral.
a)
Tanah Vertikal
Bentuk
persebaran tanah vertikal dapat kalian lihat saat ada penggalian parit, liang,
atau sumur. Saat mencapai kedalamantertentu, kalian akan melihat perbedaan
warna lapisan tanah.
Perbedaan
warna lapisan tanah tersebut dikenal dengan sebutan profil tanah.
Secara garis
besar, profil tanah terdiri atas empat lapisan yaitu :
I.
Lapisan
Tanah Atas (Topsoil)
Lapisan
tanah ini merupakan bentuk lapisan tanah yang paling subur, berwarna
cokelat kehitam-hitaman, gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30 cm. Pada
lapisan tanah inilah berkembang aktivitas organisme tanah. Warna cokelat
kehitaman dan kesuburan tanah pada lapisan ini disebabkan pengaruh humus (bunga
tanah), yaitu campuran sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan membusuk di
dalam lapisan atas.
II. Lapisan
tanah bawah (Subsoil)
Lapisan
tanah ini merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah lapisan topsoil.
Lapisan ini memiliki sifat kurang subur karena memiliki kandungan zat makanan
yang sangat sedikit, berwarna kemerahan atau lebih terang, strukturnya lebih
padat, dan memiliki ketebalan antara 50 - 60 cm. Pada lapisan ini, aktivitas
organisme dalam tanah mulai berkurang, demikian juga dengan sistem perakaran
tanaman. Hanya tanaman keras yang berakar tunggang saja yang mampu mencapainya.
III.
Lapisan
bahan induk tanah (Regolith)
Lapisan
bahan ini merupakan asal atau induk dari lapisan tanah bawah. Pada profil
tanah, lapisan ini berwarna kelabu keputih-putihan, bersifat kurang subur
karena tidak banyak mengandung zat-zat makanan, strukturnya sangat keras, dan
sulit ditembus sistem perakaran. Di lereng-lerang pegunungan lipatan atau patahan
lapisan ini seringkali tersingkap dengan jelas. Akan tetapi karena
sifat-sifat tersebut, maka lapisan tanah ini sulit dibudidayakan dan hanya akan
menghasilkan tanaman yang kerdil dan tidak berkembang.
IV.
Lapisan
batuan induk (Bedrock)
Lapisan
batuan ini merupakan bentuk batuan pejal yang belum mengalami proses
pemecahan.Lapisan ini terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang
dijumpai manusia. Akan tetapi di pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini
terkadang tersingkap dan berada di lapisan atas. Bila hal ini terjadi, maka
lahan tersebut merupakan lahan yang tandus dan tidak dapat ditanami karena
masih merupakan lapisan batuan.
b) Tanah
Horizontal
Tanah
Horizontal adalah lapisan tanah paling atas yang di setiap wilayah
permukaan bumi berbeda-beda jenisnya. Persebaran tanah secara horizontal di
Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berikut ini.
1)
Tanah gambut (Organosol)
Ciri-ciri : Tanah gambut berwarna hitam,
memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi, memiliki pH atau tingkat
keasaman yang tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan pada umumnya
kurang begitu subur.
Persebaran : Paling banyak terdapat di Kalimantan
Selatan, disusul Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi,
Kalimantan Timur, dan Papua bagian Selatan.
Pemanfaatan
: Jenis tanah ini terbatas untuk pertanian perkebunan seperti karet, kelapa dan
palawija.
2)
Tanah
latosol
Ciri-ciri :
Tanah latosol berwarna merah kecokelatan, memiliki profil tanah yang dalam,
mudah menyerap air, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat
fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya
mudah menurun. Jenis tanah ini pada dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari
batuan vulkanis.
Persebaran :
Tersebar di kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan
Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi.
Pemanfaatan :---
3)
Tanah regosol
Ciri-ciri :
Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar,
berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan
menyerap air tinggi, dan mudah tererosi.
Persebaran :
Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki
gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati.
Pemanfaatan
: Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
4)
Tanah alluvial
Ciri-ciri :
Tanah aluvial meliputi lahan yang sering mengalami banjir, sehingga dapat
dianggap masih muda. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh sumber bahan
asal sehingga kesuburannya pun ditentukan sifat bahan asalnya.
Misalnya
tanah yang terdapat di Lembah Sungai Bengawan Solo yang berasal dari pegunungan
karst (Pegunungan Sewu), umumnya kurang subur karena kekurangan unsur fosfor
dan kalium. Sebaliknya, tanah di lembah Sungai Opak, Progo, dan Glagah yang
berasal dari Gunung Merapi umumnya lebih subur karena tergolong gunung muda
sehingga kaya akan unsur hara dan tersusun atas debu vulkanis yang produktif.
Persebaran : Tersebar luas di sepanjang lembah
sungai-sungai besar di Indonesia.
Pemanfaatan
: Secara umum, sifat jenis tanah ini
mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua
jenis tanaman pertanian.
5)
Tanah litosol
Ciri-ciri : Tanah
litosol dianggap sebagai lapisan tanah yang masih muda, sehingga bahan induknya
dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai
batuan padat yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama
sekali belum mengalami perkembangan.
Tanah litosol merupakan jenis tanah
berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal
dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna.
Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
Persebaran : Jenis tanah ini tersebar luas di
seluruh Kepulauan Indonesia, meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa
Tenggara, dan Maluku Selatan. Adapun di Sumatra, jenis tanah ini terdapat di
wilayah yang tersusun dari batuan kuarsit, konglomerat, granit, dan batu lapis.
Pemanfaatan
: Jika akan dimanfaatkan untuk lahan
pertanian, maka jenis tanah ini harus dipercepat perkembangannya, antara lain,
dengan penghutanan atau tindakan lain untuk mempercepat pelapukan dan
pembentukan topsoil.
6)
Tanah Grumusol
Ciri-ciri :
Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga
hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Di
Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak
lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang
hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan
pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata.
Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari
material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat
subur. Tanah ini tersebar di JawaTengah,JawaTimur,Madura,Nusa Tenggara, dan
Sulawesi Selatan. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah grumusol adalah padi,
jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati.
Persebaran : Persebarannya meliputi Sumatra
Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur
(Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa Tenggara Timur.
Pemanfaatan : Pemanfaatan jenis tanah ini pada
umumnya untuk jenis vegetasi rumput rumputan atau tanaman keras semusim
(misalnya pohon jati). Tanah Grumosol cocok untuk tanam
Padi.
7)
Tanah andosol
Ciri-ciri : Tanah ini berasal
dari sisa abu vulkanik dari letusan suatu gunung berapi. Oleh karenanya, tanah
ini mudah dijumpai di daerah sekitar lereng gunung berapi. Tanah Andosol ini
sangat subur untuk ditanami dan tanah ini bertekstur gembur hingga menyerupai
lempung, bahkan di beberapa wilayah, tanah ini bertekstur debu. Hal ini menjadi
salah satu alasan petani menyukai tanah Andosol ini.
Tanah ini mudah
saat diolah. Mudah untuk saat dicangkul dan salah satu kelebihannya
memiliki pori-pori tanah sehingga sirkulasi udara mudah masuk kedalam akar-akar
tanaman. Sehingga tanaman yang ditanami memiliki kemungkinan panen yang lebih
tinggi karena tumbuhan tersebut memiliki pasokan udara yang cukup. Tanah
Andosol ini biasanya digunakan sebagai lahan perkebunan untuk menanam tanaman
seperti the, kopi, pinus, dan lain-lain.
Persebaran : Tersebar di pulau-pulau yang
memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan
sebagian Nusa Tenggara. Tanah jenis ini banyak ditemukan di dataran tinggi
bersuhu sedang hingga dingin.
Pemanfaatan
: Jenis tanah ini banyak dikembangkan
untuk tanaman perkebunan dan hortikultura.
8)
Tanah podzolik merah-kuning
Jenis tanah ini memiliki lapisan
solum tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm dengan batas-batas antara
horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau
kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya
dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung
berliat. Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top soil) ean teguh
dibagian lapisan bawah tanah (sub soil).
Kandungan bahan organik pada lapisan
olah (top soil) adalah kurang dari 9 persen dan umumnya sekitar 5 persen.
Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya rendah dan
reaksibtanah (pH) sangat rendah yaitu antara 4-5,5. Tingkat permeabilitas,
infiltrasi dan perkolasinya sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan
umumnya sedang dan makin kebawah makin lambat. Tanah ini mempunyai sifat kimia
yang kurang baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas
agregat kurang. Sebagai akibatnya tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat
gerakan air. Sebagai bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup dalam
di daerah-daerah jenis tanah ini.
Ciri-ciri : Berasal dari bahan induk batuan
kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 - 3.000 mm/tahun.
Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga
kesuburannya berkurang.
Persebaran :
Tanah podzolik merah-kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran
terluas di Indonesia. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi,
Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Pemanfaatan
: Jenis tanah ini dapat dimanfaatkan
untuk persawahan dan perkebunan.
9)
Tanah rendzina
Ciri-ciri :
Rendzina merupakan tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk
dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan
Ca dan Mg yang tinggi dengan pH antara 7,5 - 8,5 dan peka terhadap erosi.
Persebaran : Tanah rendzina tersebar tidak
begitu luas di beberapa pulau Indonesia. Berdasarkan luasannya, daerah-daerah
di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi
Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di Jawa.
Pemanfaatan
: Jenis tanah ini kurang bagus untuk
lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan
palawija.
Berikut ini adalah peta persebaran
jenis tanah di Indonesia:
Keterangan Warna:
Ø Merah:
Tanah Vulkanis. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah sekitar gunung
berapi. Tanah ini terbentuk dari abu vulkanis yang telah mengalami proses
pelapukan. Jenis tanah ini umumnya mempunyai ciri berbutir halus, sifatnya
tidak mudah tertiup angin, dan jika terkena hujan lapisan tanah bagian atas
menutup sehingga tanah ini tidak mudah erosi. Jenis tanah ini sangat subur.
Pemanfaatannya biasanya dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan.
Ø Biru: Tanah Aluvial. Tanah ini juga
sering disebut tanah endapan, yaitu berupa lumpur dan pasir halus yang terbawa
oleh air sungai, lalu diendapkan di dataran rendah, lembah dan sekungan
sepanjang daerah aliran sungai. Tanah aluvial tidak semuanya mempunyai
kandungan unsur hara yang sama. Tinggi rendahnya kandungan unsur haranya
tergantung pada tanah induknya. Pemanfaatannya sebagai pertanian (persawahan)
karena kondisi keasamannya yang sesuai dan letaknya berada di daerah rendah.
Ø Merah
muda: Tanah Laterit. Tanah ini biasanya berwarna merah atau kekuning-kuningan.
Tanah laterit miskin akan unsur hara sehingga tidak subur. Tanah ini banyak
dijumpai di daerah pegunungan yang hutannya sudah gundul atau lapisan humusnya
telah habis karena adanya erosi (tererosi). Jenis tanah ini tidak boleh
dibiarkan begitu saja, harus segera diadakan penghijauan atau reboisasi, yaitu
dengan cara mengusahakan menanami kembali supaya tanah tersebut dapat subur
kembali. Tanah ini dipergunakan sebagai bahan baku industri gerabah (keramik).
Ø Ungu:
Tanah Litosol. Tanah ini sering juga disebut tanah berbatu-batu. Tanah ini
terbentuk karena pelapukan batuan yang sempurna sehingga sukar ditanami atau
kandungan unsur haranya sangat rendah. Sebagian besar jenis tanah ini tidak
bisa dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang produktif dimanfaatkan untuk
tanaman keras, tegalan, palawija, dan padang rumput.
Ø Biru
Muda: Tanah Organosol atau tanah gambut, yaitu tanah yang berasal dari bahan
organik yang terbentuk karena genangan air sehingga peredaran udara di dalamnya
sangat kurang dan proses penghancurannya menjadi tidak sempurna karena
kekurangan unsur hara.
Selain keterangan dan peta di atas,
masih banyak lagi jenis tanah yang tersebar di Indonesia, seperti: Tanah mergel
yang tersebar di daerah dataran rendah seperti di Solo, Madiun, Kediri, dan
Nusa Tenggara; Tanah Terasora tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Sumatera; Tanah Humus terdapat di Kalimantan Sumatera,
Sulawesi dan Papua; dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu,
Tempat, Alat, Bahan
Pukul 09.00 WIT, bertempat di kelurahan Malawele, Distrik Aimas Kabupaten
Sorong. Bahan dan alat yang digunakan adalah : alat pengukur tanah, buku dan
pena.
B. Metode
1.
Menyiapkan bahan yang akan diperlukan untuk mengukur
pH dari tanah.
2.
Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan.
3.
Melakukan identifikasi terhadap tanah yang akan
dilakukan untuk mengetahui Ph kesuburan tanah untuk jenis tanaman yang cocok.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhir makalah ini di tutup dengan
uraian kesimpulan. Pemahaman mahasiswa akan mengenal jenis – jenis tanah,
penyebaran dan mamfaatnya yang sangat dibutuhkan untuk memahami dari
berbagai jenis tanah, fungsi tanah / lahan adalah sebagai media tumbuh tanaman.
Serta dengan mempelajari dan memahami berbagai jenis – jenis tanah, penulis
maupun pembaca nantinya akan dapat membantu menyesuaikan jenis tanaman serta
mamfaat dari jenis - jenis tanah yang telah di uraikan dalam makalah ini.
B. Saran
Dalam
pembuatan makalah ini, saya masih jauh dari kata sempurna, untuk itu, kita
butuh dorongan yang dapat membangun dalam pembuatan makalah ini baik dorongan/
dukungan dalam fikiran maupun tindakan. Saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan khususnya kepada dosen
terkait dan teman-teman yang turut serta dalam pembuatan makalah ini. Terima
kasih.
DAFTAR PUSAKA
Dr.Ir.Kemas Ali Hanafiah, MS. Dasar
– dasar Ilmu Tanah.
Ade Setiawan (2010). Sifat-sifat
Fisika Tanah. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Martinus.H.Pandutama, Arie
Mugjiharjati, Suyono, Mustamidin. (2006). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember
: Fakultas Pertanian – Universitas Jember
http://forester-untad.blogspot.com/2014/01/makalah-jenis-jenis-dan-karateristik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar