KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “SEJARAH
BILANGAN”.
Makalah
ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua
tentang sejarah bilangan dan lain lain.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena
Tidak Ada Gading Yang Tak Retak Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini . Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami
khususnya .
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Bilangan....................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Teori
Bilangan............................................................................................. 4
2.3 Aplikasi Teori Bilangan................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 13
3.2 Saran.............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Sejarah bilangan dapat kita telusuri
dengan berbagai pendekatan. Kita dapat menyusun ulang sejarah bilangan
berdasarkan solusi persamaan, yaitu persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Dengan modal bilangan asli dan persamaan linear kita akan sampai pada
kesimpulan bahwa harus ada bilangan nol, sistem bilangan bulat, dan sistem
bilangan rasional. Kemudian, dengan persamaan kuadrat kita akan sampai pada
kesimpulan bahwa harus ada bilangan real dan bilangan kompleks.
Secara
sederhana, sejarah bilangan dapat kita mulai dengan bilangan Asli. Bilangan
Asli merupakan bilangan yang pertama kali dikenal manusia. Hal ini karena
secara alamiah manusia akan melihat berbagai benda/objek dan kemudian untuk
keperluan tertentu mereka harus menghitungnya. Mereka memiliki, uang, kambing,
anak, pohon, saudara, dan lain-lain. Untuk menghitung benda-benda tersebut
bilangan yang digunakan adalah bilangan Asli. Tentu saja mereka tidak menyadari
bahwa bilangan yang mereka gunakan untuk menghitung tersebut adalah bilangan
Asli. Penamaan tersebut dilakukan setelah jaman modern untuk keperluan
pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan bahwa
bilangan asli adalah bilangan yang digunakan untuk menghitung. Notasi himpunan
bilangan asli adalah ℕ. Anggota
bilangan asli adalah N={1,2,3,…}.
Bilangan asli
yang sudah dikenal tentu harus dilengkapi dengan suatu aturan untuk
mengoperasikan bilangan tersebut. Operasi tersebut adalah penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kita sudah mengetahui bahwa bilangan
asli bersifat tertutup terhadap penjumlahan. Artinya, penjumlahan dua bilangan
asli akan menghasilkan bilangan asli. Tetapi tidak demikian dengan pengurangan.
Kita akan mendapati bahwa jika sebuah bilangan asli dikurangi dengan bilangan
asli hasilnya belum tentu bilangan asli. Sebagai contoh, 5 – 5 = 0. Jelas
bahwa bukan anggota bilangan asli. Oleh
karena itu, sistem bilangan asli harus diperluas dengan menyertakan 0 sebagai anggota.
Perluasan ini kemudian dikenal sebagai bilangan Cacah.
Bilangan nol
merupakan salah satu penemuan yang sangat penting. Sebelum ada bilangan nol,
menuliskan bilangan-bilangan yang besar sangat sulit. Bahkan beberapa bilangan
memiliki notasi yang sama (untuk lebih lengkap, silakan baca buku Berhitung
Sejarah dan Pengembangannya yang ditulis oleh Dali S. Naga). Dengan adanya
bilangan nol, penulisan bilangan-bilangan yang besar pun menjadi mudah.
Bilangan nol pertama kali digunakan di China dan India, tetapi kemudian
dipopulerkan oleh Bangsa Arab pada era keemasan Islam.
1 .2 Rumusan Masalah
1. Pengertian
bilangan
2. Pengertian
teori Bilangan
3.
Aplikasi teori
Bilangan
1 .3 Tujuan
1. Mengetahui
penertian bilangan
2. Mengetahui
teoti bilangan
3. Mempelajari
aplikasi teori bilangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bilangan
Pada mulanya di
zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai
besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang
sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga,
bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu
memerlukan keterampilan untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa,
membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian
untuk itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan
matematika bersama-sama.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan
Matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut.
Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan
perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil
tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan
bilangan-bilangan.
Bilangan pada awalnya hanya
dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para
pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat
untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting
bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita
akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu
dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi
dan hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai
symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang
masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan
bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :
·
Simbol bilangan bangsa
Babilonia:
·
Simbol bilangan bangsa
Maya di Amerika pada 500 tahun SM:
·
Simbol bilangan
menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno:
·
Simbol bilangan bangsa
Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat Islam di
seluruh dunia:
·
Simbol bilangan bangsa
Yunani Kuno:
·
Simbol bilangan bangsa
Romawi yang juga masih dipakai hingga kini:
Dalam perkembangan selanjutnya, pada
abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang memuat penulisan simbol bilangan
oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang menjadi cikal bakal
penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini.
2.2 Pengertian Teori Bilangan
Secara
tradisional, teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang
mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka
yang dapat mudah mengerti sekalipun bukan oleh ahli matematika. Dalam teori
bilangan dasar, bilangan bulat dipelajari tanpa menggunakan teknik dari area
matematika lainnya. Pertanyaan tentang sifat dapat dibagi, algoritma Euklidean
untuk menghitung faktor persekutuan terbesar, faktorisasi bilangan bulat dalam
bilangan prima, penelitian tentang bilangan sempurna dan kongruensi dipelajari
di sini. Pernyataan dasarnya adalah teorema kecil Fermat dan teorema Euler.
Juga teorema sisa Tiongkok dan hukum keresiprokalan kuadrat. Sifat dari fungsi
multiplikatif seperti fungsi Möbius dan fungsi phi Euler juga dipelajari.
Demikian pula barisan bilangan bulat seperti faktorial dan bilangan Fibonacci.
1.Perkembangan
Teori Bilangan Pada Zaman Batu
Berhitung,
merupakan salah satu kebudayaan kuno, bahkan paling kuno, yaitu sekuno zaman
batu tua atau paleolitikum. Eh, apakah zaman batu tua itu? Menurut ahli
sejarah, manusia yang hidup di zaman itu menggantungkan sepenuhnya kehidupan
mereka terhadap alam dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Awalnya, berhitung dipakai untuk
menghitung benda-benda, kemudian berkembang dengan menggunakan jari tangan
sebagai alat berhitung. Namun, waktu itu, mereka sekadar membedakan “satu, dua
dan banyak”
Seiring pergantian waktu, datanglah
zaman batu muda atau neolitikum, kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Zaman itu
ditandai dengan adanya kegiatan untuk mengolah alam sehingga manusia di zaman
itu hidup menetap. Di zaman itu, kemampuan berhitung mulai berkembang ditandai
dengan pengetahuan berhitung berupa pengurangan dan penjumlahan kemudian ke
perkalian dan pembagian. Namun, kemajuan berhitungnya terbatas pada hitungan
bilangan bulat saja.
Beberapa ratus tahun lalu, bangsa Inca
(Peru) dan Maya (Guatemala) merupakan bangsa yang telah memiliki Kebudayaan
tinggi. Hal itu terlihat pada kemampuan mereka berhitung dalam jumlah yang
cukup besar.
Bangsa Inca mencatat bilangan tersebut
pada kulpu, yaitu untaian tali yang bersimpul-simpul. Susunan simpul itulah
yang menunjukkan bilangan. Keren juga ya tekniknya!!! Kepandaian berhitung juga
diteruskan pada kebudayaan Mesopotamia sekitar 4.000 tahun yang lalu. Mereka
menggunakan bilangan dalam enam puluh atau dikenal sebagai sesagesimal. Besar
kemungkinan bilangan enam puluh itu berasal dari kelipatan bilangan dua belas,
sedangkan bilangan dua belas itu sendiri berasal dari jumlah bulan dalam
setahun.
a.Teori
Bilangan Pada suku Babilonia
Matematika
Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia
sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika
Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan
Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus
Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber
pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih
daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis
dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku
atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya
rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis
adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia.
Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira
2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah
liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian.
Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat
yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi
topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan
bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu
juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan
persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang
akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis
menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya
penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360
(60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti
orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat
yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan
nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal
b.
Teori Bilangan Pada Suku Bangsa Mesir Kuno
Matematika
Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan
Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di
Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam,
ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling
panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga “Lembaran Ahmes”
berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin
lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah
yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan
cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga
menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit
dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman
sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan
6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga
barisan aritmetika dan geometri.
Naskah matematika Mesir penting lainnya
adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh
kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita, yang
barangkali ditujukan sebagai hiburan.
c.
Teori Bilangan Pada Suku Bangsa India
Sulba Sutras
(kira-kira 800–500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan
bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar
kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode
konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan,
menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras
secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema
Pythagoras.
Kira-kira abad ke-5 SM merumuskan
aturan-aturan tata bahasa Sanskerta menggunakan notasi yang sama dengan notasi
matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan
rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalah
prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner.
Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari teorema
binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci.
Pada sekitar abad ke 6 SM, kelompok
Pythagoras mengembangkan sifat-sifat bilangan lengkap (perfect number),
bilangan bersekawan (amicable number), bilangan prima (prime number), bilangan
segitiga (triangular number), bilangan bujur sangkar (square number), bilangan
segilima (pentagonal number) serta bilangan-bilangan segibanyak (figurate numbers)
yang lain. Salah satu sifat bilangan segitiga yang terkenal sampai sekarang
disebut triple Pythagoras, yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya melalui
perhitungan luas daerah bujur sangkar yang sisi-sisinya merupakan sisi-sisi
dari segitiga siku-siku dengan sisi miring (hypotenosa) adalah c, dan sisi yang
lain adalah a dan b. Hasil kajian yang lain yang sangat popular sampai sekarang
adalah pembedaan bilangan prima dan bilangan komposit. Bilangan prima adalah
bilangan bulat positif lebih dari satu yang tidak memiliki Faktor positif
kecuali 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan positif selain satu dan selain
bilangan prima disebut bilangan komposit. Catatan sejarah menunjukkan bahwa
masalah tentang bilangan prima telah menarik perhatian matematikawan selama
ribuan tahun, terutama yang berkaitan dengan berapa banyaknya bilangan prima
dan bagaimana rumus yang dapat digunakan untuk mencari dan membuat daftar
bilangan prima.
Dengan berkembangnya sistem numerasi,
berkembang pula cara atau prosedur aritmetis untuk landasan kerja, terutama
untuk menjawab permasalahan umum, melalui langkah-langkah tertentu, yang jelas
yang disebut dengan algoritma. Awal dari algoritma dikerjakan oleh Euclid. Pada
sekitar abad 4 S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep dasar geometri dan teori
bilangan. Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma untuk mencari Faktor
Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif dengan menggunakan suatu
teknik atau prosedur yang efisien, melalui sejumlah langkah yang terhingga.
Kata algoritma berasal dari algorism. Pada zaman Euclid, istilah ini belum
dikenal. Kata Algorism bersumber dari nama seorang muslim dan penulis buku
terkenal pada tahun 825 M., yaitu Abu Ja’far Muhammed ibn Musa Al-Khowarizmi.
Bagian akhir dari namanya (Al-Khowarizmi), mengilhami lahirnya istilah
Algorism. Istilah algoritma masuk kosakata kebanyakan orang pada saat awal
revolusi komputer, yaitu akhir tahun 1950.
Pada abad ke 3 S.M., perkembangan teori
bilangan ditandai oleh hasil kerja Erathosthenes, yang sekarang terkenal dengan
nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of Erastosthenes). Dalam enam abad
berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama Arithmetika, yang membahas
penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan rasional, dalam
bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan oleh
Euclid). Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah satu
pendiri aljabar.
2.
Teori Bilangan Pada Masa Sejarah (Modern)
Awal
kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665),
Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre
(1752-1833), Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866),
Giussepe Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963).
Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan
dan kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori
bilangan sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak
hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan
konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain
sebagainya
3
. Tokoh-Tokoh Teori Bilangan
a.
Pythagoras (582-496 SM)
Pythagoras
adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui
teoremanya. Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dia memberikan sumbangan yang
penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.
Salah satu peninggalan Pythagoras yang
terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa
dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari
kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini
telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini
dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan
pengamatan ini secara matematis.
b.
Jamshid Al-Kashi (1380 M)
Al-Kashi
terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara wilayah Iran
Tengah. Selama hidupnya, al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan sederet
penemuan penting bagi astronomi dan matematika.
Pecahan desimal yang digunakan oleh
orang-orang Cina pada zaman kuno selama berabad-abad, sebenarnya merupakan
pecahan desimal yang diciptakan oleh al-Kashi. Pecahan desimal ini merupakan
salah satu karya besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia
bahas dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal
abad ke-15 di Samarkand.
c.
Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam (965 M)
Abu Ali Hasan
Ibnu Al-Haytam lahir Basrah Irak, yang oleh masyarakat Barat dikenal dengan
nama Alhazen. Al-Haytam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan semua
bilangan sempurna yang genap, yaitu bilangan yang merupakan jumlah dari
pembagi-pembagi sejatinya, seperti yang berbentuk 2k-1(2k-1) di mana 2k-1
adalah bilangan prima. Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p adalah
bilangan prima, 1+(p-1)! habis dibagi oleh p.
d.
Pierre de Fermat
Fermat
menuliskan bahwa “I have discovered a truly remarkable proof which this margin
is to small to contain”. Fermat juga hampir selalu menulis catatan kecil sejak
tahun 1603, manakala ia pertama kali mempelajari Arithmetica karya Diophantus.
Ada kemungkinan Fermat menyadari bahwa apa yang ia sebut sebagai remarkable
proof ternyata salah, karena semua teorema yang dia nyatakan biasanya dalam
bentuk tantangan yang Fermat ajukan terhadap matematikawan lain. Meskipun kasus
khusus untuk n = 3 dan n = 4 ia ajukan sebagai tantangan (dan Fermat mengetahui
bukti untuk kasus ini) namun teorema umumnya tidak pernah ia sebut lagi. Pada
kenyataannya karya matematika yang ditinggalkan oleh Fermat hanya satu buah
pembuktian. Fermat membuktikan bahwa luas daerah segitiga siku- siku dengan
sisi bilangan bulat tidak pernah merupakan bilangan kuadrat. Jelas hal ini
mengatakan bahwa tidak ada segitiga siku-siku dengan sisi rasional yang
mempunyai luas yang sama dengan suatu bujursangkar dengan sisi rasional. Dalam
simbol, tidak terdapat bilangan bulat x, y, z dengan sehingga bilangan kuadrat.
Dari sini mudah untuk mendeduksi kasus n = 4, Teorema Fermat. Penting untuk
diamati bahwa dalam tahap ini yang tersisa dari pembuktian Fermat Last Theorem
adalah membuktikan untuk kasus n bilangan prima ganjil. Jika terdapat bilangan
bulat x, y, z dengan maka jika n = pq, .
4.
Kapankah angka nol ditemukan?
Zero = 0 = Empty = Kosong (Nol) Memang,
kata dalam Bahasa Inggris ‘zero’ (nol) berasal dari bahasa Arab ‘sifr’, suatu
terjemahan literal dari bahasa Sanskrit “shûnya” yang bermakna “kosong”.
Runtutan keterkaitan bahasa dari masa ke masa: shûnya (Sanskrit) -> (Ancient
Egypt/Babylonia) -> (Greek/Helenic) -> (Rome/Byzantium) – sifr (Arab)
-> zero (English) -> nol; kosong (Indonesia) Wikipedia The word “zero”
comes ultimately from the Arabic “sifr”, or “empty,” a literal translation of
the Sanskrit “shûnya”. With its new use for the concept of zero, zephyr came to
mean a light breeze – “an almost nothing” (Ifrah 2000; see References). The
word zephyr survives with this meaning in English today. The Italian
mathematician Fibonacci (c.1170-1250), who grew up in Arab North Africa and is
credited with introducing the Arabic decimal system to Europe. Around the same
time, the Arab mathematician al-Khwarizmi described the “Hindu number” system
with positional notation and a zero symbol in his book Kitab al-jabr wa’l
muqabalah. Nol asalnya dari India “shûnya” bukan cuma sebuah istilah, tapi juga
konsep.
Sekitar tahun 300 SM orang babilonia
telah memulai penggunaan dua buah baji miring, //, untuk menunjukkan sebuah
tempat kosong, sebuah kolom kosong pada Abakus. Simbol ini memudahkan seseorang
untuk menentukan letak sebuah symbol. Angka nol sangat berguna dan merupakan
simbol yang menggambarkan sebuah tempat kosong dalam Abakus, sebuah kolom
dengan batu-batu yang ditempatkan di dasar. Kegunaannya hanya untuk memastikan
bahwa butiran-butiran tersebut berada di tempat yang tepat, angka nol tidak
memiliki nilai numeric tersendiri.
Pada komputer nol ini dapat merusak
sistem, karena nol diartikan tidak ada. Berapapun bilangan dikalikan dengan nol
hasilnya tidak ada. Nah inilah yang membuat bingung dalam operasi perhitungan.
Perhatikan contoh ini :
0=0 ( nol sama dengan nol, benar)
0 x3=0 x 89 (nol sama-sama dikalikan
dengan sebuah bilangan, karena juga akan bernilai nol)
(0 x 3)/0= (0 x 89)/0 (sebuah bilangan
dibagi dengan bilangan yang sama, akan bernilai satu)
3=89 (???, hasil ini yang membuat
bingung)
Walaupun demikian sebenarnya nol itu
hebat, jika tidak ditemukan angka nol tulisan satu juta dalam bilangan romawi
ditulis apa?? Bisa-bisa selembar kertas tidak sampai untuk hanya memberikan
symbol satu juta itu. Bisa dibayangkan jika nol tidak ada. Banyak kekuatan yang
terkandung dalam angka ini. Nol adalah perangkat paling penting dalam
matematika. Namun berkat sifat matematis dan filosofis yang aneh pada angka
nol, ia akan berbenturan dengan filsafat barat.
Angka nol berbenturan dengan salah satu
prinsip utama filsafat barat, sebuah dictum yang akar-akarnya terhujam dalam
filsafat angka Phythagoras dan nilai pentingnya tumbuh dari paradoks Zeno.
seluruh cosmos Yunani didirikan di atas pilar: tak ada kekosongan.
Kosmos Yunani yang dis=ciptakan oleh
Phytagoras, Aristoteles dan Ptolemeus masih lama bertahan setelah keruntuhan
peradaban Yunani. Dalam kosmos ini tak ada ketiadaaan. Oleh karena itu, hampir
sepanjang dua milinium orang-orang barat tak bersedia menerima angka nol.
Konsekuensinya sungguh menakutkan. Ketiadaan angka nol menghambat perkembangan
matematika, menghalangi inovasi sains dan yang lebih berbahaya, mengacaukan
sistem penanggalan.
5.
Macam-macam bilangan
Bilangan Bulat adalah bilangan yang
terdiri atas bilangan positif, bilangan nol, dan bilangan negatif.
Misal : ….-2,-1,0,1,2….
Bilangan asli adalah bilangan bulat
positif yang diawali dari angka 1(satu) sampai tak terhingga.
Misal : 1,2,3….
Bilangan cacah adalah bilangan bulat
positif yang diawali dari angka 0 (nol) sampai tak terhingga.
Misal : 0,1,2,3,….
Bilangan prima adalah bilangan yang tepat
mempunyai dua faktor yaitu bilangan 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.
Misal : 2,3,5,7,11,13,…..
(1 bukan bilangan prima, karena
mempunyai satu faktor saja).
Bilangan komposit adalah bilangan yang
bukan 0, bukan 1 dan bukan bilangan prima.
Misal ; 4,6,8,9,10,12,….
Bilangan rasional adalah bilangan yang
dinyatakan sebagai suatu pembagian antara dua bilangan bulat (berbentuk
bilangan a/b, dimana a dan b merupakan bilangan bulat).
Misal: 1/2 ,2/(3 ),3/4….
Bilangan irrasional adalah bilangan
yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan bulat.
Misal: π, √3 , log 7 dan sebagainya.
Bilangan riil adalah bilangan yang
merupakan penggabungan dari bilangan rasional dan bilangan irrasional
Misal: 1/2 √(2 ),1/3 √5,1/4 π,2/3 log2
dan sebagainya.
Bilangan imajiner (bilangan khayal)
adalah bilangan yang ditandai dengan i, bilangan imajiner i dinyatakan sebagai
√(-1). Jadi, jika i = √(-1) maka i2= -1
Misal: √(-4)=⋯?
√(-4)=√(4×(-1) )
= √4×√(-1)
= 2 × i
= 2i
Jadi, √(-4)=2i.
Bilangan kompleks adalah bilangan yang
merupakan penggabungan dari bilangan riil dan bilangan imajiner.
Misal; π√(-1)= πi
Log √(-1)=logi
2.3.
Aplikasi Teori Bilangan
Pola spiral
logaritma cangkang Nautilus adalah contoh klasik untuk menggambarkan
perkembangan dan perubahan yang berkaitan dengan kalkulus.
Kalkulus digunakan di setiap cabang
sains fisik, sains komputer, statistik, teknik, ekonomi, bisnis, kedokteran,
kependudukan, dan di bidang-bidang lainnya. Setiap konsep di mekanika klasik
saling berhubungan melalui kalkulus. Massa dari sebuah benda dengan massa jenis
yang tidak diketahui, momen inersia dari suatu objek, dan total energi dari
sebuah objek dapat ditentukan dengan menggunakan kalkulus.
Dalam subdisiplin listrik dan
magnetisme, kalkulus dapat digunakan untuk mencari total fluks dari sebuah
medan elektromagnetik . Contoh historis lainnya adalah penggunaan kalkulus di
hukum gerak Newton, dinyatakan sebagai laju perubahan yang merujuk pada
turunan: Laju perubahan momentum dari sebuah benda adalah sama dengan resultan
gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan arah yang sama.
Bahkan rumus umum dari hukum kedua
Newton: Gaya = Massa × Percepatan, menggunakan perumusan kalkulus diferensial
karena percepatan bisa dinyatakan sebagai turunan dari kecepatan. Teori
elektromagnetik Maxwell dan teori relativitas Einstein juga dirumuskan
menggunakan kalkulus diferensial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika
merupakan suatu disiplin ilmu yang telah dikembangkan sejak berabad-abad lalu.
Olehnya itu ilmu ini sangat berperan dalam kehidupan manusia. Ini disebabkan
karena selama manusia hidup maka manusia tidak akan pernah lepas dari yang
namanya perhitungan. Dimanapun manusia berada maka dia tidak akan pernah dapat
lari dari takdirnya untuk senantiasa bertemu dengan perhitungan. Bahkan ketika
meninggalpun manusia juga masih tetap berurusan dengan perhitungan. Sehingga
berangkat dari pemahaman itulah sipenulis akhirnya sampai pada bagian penutup
makalah sejarah bilangan ini yang dianggap sangat penting keberadaannya dalam
proses perhitungan di kehidupan sehari-hari.
Akhirnya dengan mengucapkan
Alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan juga. Pembahasan mengenai
sejarah bilangan yang dipaparkan di atas sangat diharapkan akan dapat membantu
peserta didik dalam proses pemahaman pelajaran.
Cukup sampai disinilah pembahasan saya
mengenai sejarah ringkas matematika yang menitikberatkan pada sejarah
perkembangan bilangan tentunya. Maka demi kesempurnaan makalah ini, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat
mengambil andil dalam membantu para peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
3.2
Saran
Dalam penulisan makalah
ini, masih banyak kekurangan kekurangan maka dari itu, penulis mengharapkan
semoga para pembaca bisa memberikan masukan kepada penulis. Semoga makalah ini
dipergunakan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Number
http://httpwwwrandyblogspotcom.blogspot.co.id/2010/07/sejarah-ringkas-matematika.html
BalasHapusAgen Judi Bola Online
Agen Judi Casino Online
Agen Judi Sabung Ayam Online
Agen Bola Tangkas Online
Authornya siapa?
HapusAbout Us https://www.mjhub.biz/
BalasHapusAbout Us https://www.mjhub.biz/
About Us https://www.mjhub.biz/
About Us https://www.mjhub.biz/
About Us https://www.mjhub.biz/
About Us https://www.mjhub.biz/
About Us https://www.mjhub.biz/