Hulk

Chibi Hulk

Selasa, 13 Oktober 2015

MAKALAH ALIRAN KETUHANAN




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat Dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aliran-Aliran Ketuhanan Dan Tokoh Tokohnya” ini dengan sebaik-baiknya.
Kami sadar bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dosen pengampu, rekan-rekan dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril maupun spiritual. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
.“Tiada Gading yang tak Retak” pepatah itulah yang mewakili ungkapan perasaan kami bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kiranya kritik dan saran sangat kami nanti dari para pembaca.


















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................   i
DAFTAR  ISI.....................................................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................   1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................   1
1.3 Tujuan............................................................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian aliran-aliran ketuhanan................................................................................   2
2.2 Aliran-aliran ketuhanan.................................................................................................   3
2. Tokoh – tokoh aliran-aliran ketuhanan............................................................................   6
                                  
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................   9
3.2 Saran..............................................................................................................................   9
Daftar Pustaka.....................................................................................................................   10





 





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis.Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise.Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll).Maka para filsuf mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.
1.2   RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian aliran-aliran ketuhanan ?
B.     Aliran-Aliran Ketuhanan ?
C.     Siapa saja tokoh tokohnya ?
1.3  TUJUAN
A.    Untuk Mengetahui Pengertian aliran-aliran ketuhanan.
B.     Untuk Mengetahui aliran-aliran ketuhanan.
C.     Tokoh – tokoh aliran-aliran ketuhanan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN ALIRAN-ALIRAN KETUHANAN
Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan Filsafat Ketuhanan .Pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi (filosofis). Bagi penganut agama tertentu terutama agama Islam, Kristen, Yahudi, akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. 
Agama Kristen mengenal konsep Tritunggal, yang maksudnya Tuhan memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Konsep ini terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini merupakan paham monoteistis yang dipakai sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 M. Kata "Tritunggal" sendiri tidak ada dalam Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4ditulis bahwa Tuhan itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah "kesatuan dari berbagai satuan". Contohnya, pada Kejadian 2:24 ditulis "keduanya (manusia dan istrinya) menjadi satu (ekhad) daging" berarti kesatuan dari 2 manusia. Di Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti "Kita", mengandung kejamakan dalam sifat Tuhan. Pengertiannya adalah satu substansi ketuhanan, namun terdiri dari tiga pribadi.
Di samping monoteisme yang menolak keberadaan dewa-dewi, ada ajaran henoteisme yang meyakini dan memuja satu Tuhan, namun juga meyakini keberadaan dewa-dewi lainnya dan bahkan dapat turut memuja mereka. Variasi istilah tersebut adalah "monoteisme inklusif" dan "politeisme monarkis", dipakai untuk membedakan ragam dari fenomena tersebut. Henoteisme mirip namun kurang eksklusif daripada monolatri (pemujaan satu Tuhan) karena monolator hanya memuja satu Tuhan (menolak keberadaan dewa-dewi untuk disembah), sedangkan penganut henoteisme dapat memuja dewa-dewi daripanteon yang mereka yakini, tergantung keadaan, meskipun biasanya mereka hanya akan memuja satu Tuhan saja sepanjang hidup mereka (kecuali ada konversi tertentu). Dalam beberapa agama, pemilihan Tuhan Mahakuasa dalam kerangka henoteistis dapat saja terjadi, tergantung alasan kultural, geografis, historis, bahkan politis.



2.2 ALIRAN-ALIRAN KETUHANAN
A. Deisme
       Pertama saya tidak akan membahas arti dari kata Deisme secara etimologi bahasa Yunani seperti umumnya tulisan orang lain. Kedua, yang jelas, intinya yang dimaksud dengan deisme adalah sauatu faham kepercayaan kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta, tetapi terpisah dengan diri dan meyakini bahwa alam semestalah yang mengatur dirinya. Karena buku rujukan yang saya punya terbatas untuk menjelaskan tentang deisme, mungkin saya hanya akan menulis tentang pemikiran W Leibniz dan Quentin Smith, yang saya pikir masuk kategori deisme juga jika kita lihat pemikiran dari kedua tokoh tersebut. Terutama teori Leibniz, “tentang Eksistensi Allah dalam Argumentasi Kosmologis”, Baiklah kita mulai pembahasan dengan pemikiran Leibniz.

a.       Biografi dan Karya Leibniz
Gottfried Wilhem von Leibniz lahir pada 1 Juli 1646 di kota Leipzig, Sachsen. Ayahnya, Friedrich Leibniz, menjabat sebagai professor filsafat moral di Universitas Leipzig. Ibunya bernama CatharinaScmuck adalah seorang ahli dari ahli hokum. Ayah Leibniz meninggal pada saat ia berusia 6 tahun. Leibniz masuk Universitas Leipzig sebagai mahasiswa hukum, pada tahun 1663 ia telah menyelesaikan program sarjananya. Dan pada tahun 1666 ia memperoleh gelar doktornya.

b.      Eksistensi Alam Semesta sebagai “Ada” yang Kontingen
Dalam argumentasi kosmologinya, libniz menerima adanya penyebab mundur yang tidak terbatas. Ia tidak tergantung pada permis penolakan suatu sebab mundur yang tak terbatas.[3] Selain itu, baginya dunia atau alam semesta adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari pengada-pengada yang bersifat kontingen. Rangkaian dari pengada-pengada terhubung dengan kejadian-kejadian. Karena itu, dunia sebagai suatu keseluruhanpun bersifat kontingen.
Bagi Leibniz, adanya suatu eksistensi pengada selalu membutuhkan penjelasan dari eksistensinya.[4] Dalam suatu rangkaian terjalin relasi kausalitas langsung antara pengada yang lebih awal dan pengada yang seterusnya. Leibniz juga memberikan batasan bagi pengada-pengada dalam suatu rangkaian untuk sampai pada penjelasan penuh atas keberadaanya.
Lalu bagaimana menjelaskan adanya suatu pengada yang menyebabkan seluruh pengada-pengada dapat ada, jika segala yang ada adalah kontingen?. Jalan keluar yang diambil Leibniz adalah bahwa pengada itu haruslah berada di luar rangkaian, karena setiap rangkaian tidak dapat memberikan penjelasan pada dirinya sendiri. Adanya eksistensi ini harus dijelaskan dalam suatu aktivitas kausal dari pengada di luar rangkaian tersebut.[5] Karena itu haruslah ada suatu pengada yang niscaya, yang oleh Leibniz disebut sufficient reason. Setiap pengada harus memiliki prinsip ini sebagai jaminan eksistensinya.

B. Pantheisme
           Istilah panenteisme telah diperkenalkan pertama kali oleh filsuf idealis Jerman Karl Friedrich Christian Krause (1781-1832). Panenteisme berasal dari kata Yunani panberarti semua, enberarti didalam dan theos yang berarti Tuhan. Dengan demikian, berarti Semua berada di dalam Tuhan (all-in-God).[6]  Istilah ini merujuk kepada sebuah sistem kepercayaan yang beranggapan bahwa dunia semesta berada dalam Tuhan. Bagi Karl Friedrich Christian Krause (1781-1832) sebagai seorang Hegelian dan guru Schopenhauer, mempergunakan kata panenteisme untuk mendamaikan konsep teisme dengan panteisme. Istilah panenteisme muncul pertama kali sebagai system pemikiran filosofis dan religius pada tahun 1828. Harry Austryn Wolfson (1887-1974), Profesor Harvard University seorang ahli spritualis Yunani kuno.
Sementara itu, pandangan panenteisme di abad 20 dan 21. dipengaruhi oleh gagasan Teologi Proses, yang cenderung menolak transendensi Tuhan, kemahakuasaan dan kemahatahuan. Para Ilmuwan, Kosmolog, filosof dan Teolog di Barat sangat tertarik dengan panenteisme. Mereka mencapai kesepakatan: "Tuhan tidak lain alam itu sendiri, setidak-tidaknya ditempatkan sebagai bagian dari itu. tapi hanya tersedia bagi pengalaman mistik yang terdapat di dalamnya."



C. Theisme
         Sejujurnya sangat membingungkan bagi saya ketika subjudul diatas saya menuliskan tentang deisme dan di  subjudul lain saya harus menjelaskan tentang Theisme. Karena pada dasarny berbicara Theis dan deisme adalah sama. Arti dari deisme yaitu dari kata deus yang berarti Allah, sedangkan theis sendiri berasal dari kata theos yang ber arti Allah atau Tuhan.[8]
Namun sedikit saja saya akan singgung tentang persoalan Theisme dalam perjalanan filsafat. Seiring dengan berkembangnya peradaban dalam kancah filsafat. Pembicaraan tentang Tuhan pernah menjadi sentral atau pusat kajian dari filsafat setelah terjadinya pergeseran pemikiran dari kosmosentris ke theosentris. Mungkin yang membedakan theism dengan deisme adalah bahwa Theisme lebih bersifat universal sedangkan deisme lebih memandang bahwa Tuhan tidak pernah mempunyai peran apapun dalam masalah keduniawian.

D. Atheisme
            Istilah atheisme berasal dari dua kata bahasa Yunani; awalan “a” yang berarti “tidak”, dan Theos yang berarti Tuhan atau dewa, atau juga Allah.
Di dalam literature filsafat, tanda-tanda pertama suatu pandangan atheistic bisa ditemukan di dalam pemikiran beberapa filsuf Pra-Sokratik dan Kaum Sofis. Bagi Kritias, para dewa adalah ciptaan atau penemuan pihak penguasa untuk menakut-nakuti para penjahat dan pelanggar ketertiban. Secara prinsip antara teisme dan Deisme sangat berbeda. Teisme beranggapan bahwa Tuhan adalah transenden sekaligus immanen, sedangkan Deisme berpandangan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam ini kemudian membiarkannya secara mekanis berjalan sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan lagi
Atheisme sebagai pandangan yang menyangkal adanya Allah dapat dibedakan menjadi dua, yakni atheisme praktis atau atheis romantic dan atheis toeritis.

E. Naturalisme
          Naturalism adalah suatu faham yang berpanadangan bahwa manusia maju bukan karena kekuatan-kekuatan gaib melainkan pada kekuatan diri sendiri yang membuktikan diri dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan sebagai pemecah segala masalahmanusia itu disebut saintisme. Menurut pandangan ini agama harus digantikan dengan ilmu pengetahuan.

Semangat itu paling jelas dirumuskan oleh Aguste Comte (1798-1857), bapak posotivisme yang memandang bahwa manusia berkembang melalui hukum tiga tahap dalam kesempurnaannya. Tahap pertama adalah tahap teologis, tahap kedua adalah metafisik dan tahap ketiga adalah menjadi manusia positiv yang rasional. Pada tahap ketiga ini, manuisa dipandang tidak perlu lagi membutuhkan tuhan.

F. Agnotisisme
         Agnostisisme berasal dari kata Yunani agnostos yang berarti tidak dikenal, sehingga dapat dikatakan bahwa akal manusia tidak dapat mengenal atau mengetahui ada dan tidaknya Tuhan. Agnostisisme merupakan paham atau aliran yang berpandangan bahwa mustahil akal manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan. Ini karena, akal manusia bersifat terbatas, sehingga tidak akan mampu mengetahui sesuatu di luar jangkauan akal manusia termasuk di dalamnya aalah realitas ketuhanan.
2.3   TOKOH-TOKOHNYA
1.      Baron D'holbach 
          Penulis Perancis abad ke-18, Baron d'Holbach adalah salah seorang pertama yang menyebut dirinya ateis. Dalam bukuSystème de la Nature (1770), ia melukiskan jagad raya dalam pengertian materialisme filsafat, determinisme yang sempit, dan ateisme. Buku ini dan bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh Parlemen Paris, dan salinan-salinannya dibakar di depan umum.
2.      Thomas Paine
           Thomas Paine adalah salah seorang tokoh deisme yang militan. Tulisannya tentang politik “Common Sense” dan “The Rights of Man” sangat dipengaruhi oleh konsep deisme. Pemikiran Paine berpengaruh juga pada revolusi Prancis dan Amerika. Latar belakang pemikiran deisme Paine adalah karena dia melihat para pemimpin gereja sangat membelenggu umat. Karena itu, Paine menulis sebuah buku “The Age of Reason”, yang intinya menolak wahyu ilahi dan mengagungkan kemampuan akal. 
Paine mengatakan bahwa dia percaya dengan Tuhan Esa, maha kuasa, maha mengetahui, dan maha sempurna. Dan dia juga menegaskan bahwa Tuhan tidak terbatas oleh akal, bahkan satu-satunya cara mengungkapkan Tuhan hanya dengan akal. Dia telah menolak adanya ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu. Karena menurut dia, katika wahyu dikaitkan dengan agama, maka ada pesan tersendiri dari Tuhan yang akan disampaikan kepada manusia. Namun, pesan itu hanya diwahyukan kepada orang tertentu saja, tidak kepada orang lain. Bahwa wahyu itu hanya diturunkan kepada dirinya bukan kepada orang lain. Oleh sebab itu, orang lain tidak wajib untuk mempercayai adanya wahyu. Pendapat Paine, yaitu bahwa wahyu Tuhan yang sebenarnya adalah manusia yang sudah dilengkapi oleh akal.
3.      John Salisbury (1115 – 1180)
                       Salisbury adalah seorang rohaniawan pada abad pertenganhan. Ia banyak mengkeritik kesewenangan penguasa waktu itu. Menurutnya, Gereja dan Negara perlu bekerja sama ibarat hubungan organis antara jiwa dan raga.
Dalam menjalankan pemerintahannya, penguasa wajib memperhatikan hukum tertulis dan tidak tertulis (hukum alam), yang mencerminkan hukum-hukum Allah
Menurut Salisbury, jikalau masing-masing penduduk bekerja untuk kepentingannya sendiri, kepentingan masyarakat akan terpelihara dengan sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan kehidupan bernegara itu seperti kehidupan dalam sarang lebah, yang sangat memerlukan kerjasama dari semua unsur, suatu pandangan yang bertitik tolak dari pendekatan organis.

4.      Dante Alighieri (1265 - 1321)
            Seperti halnya dengan filsuf-filsuf abad pertengahan, filsafat Dante sebagian besar merupakan tanggapan terhadap situasi yang kacau-balau pada masa itu.
Baik Jerman maupun Perancis pada abad pertengahan, menghadapi perselisihan dengan kekuasaan paus di Roma. Dante, dalam hal ini berada pada kubu penguasa. Ia amat menentang penyerahan kekuasaan duniawi kepada Gereja. Baginya, keadilan baru dapat ditegakkan apabila pelaksanaan hukum diserahkan pada satu tangan saja berupa pemerintahan yang absolute.
Dante berusaha memberikan legitimasi terhadap kekuasaan monarki mondial. Monarki dunia inilah yang menjadi badan tertinggi yang memutuskan perselisihan antara penguasa yang satu dengan penguasa yang lainnya. Dasar hukum yang dijadikan pegangan adalah hukum alam, yang mencerminkan hukum-hukum Tuhan. Menurut Dante, badan tertinggi yang memperoleh legitimasi dari Tuhan sebagai monarki dunia ini adalah kekaisaran Romawi. Hanya saja, pada abad pertengahan sudah digantikan oleh kekuasaan Jerman dan kemudian oleh Perancis, Eropa.

5.      Piere Dubois (lahir 1255)
            Dubois adalah salah satu filsuf terkemuka Perancis kedudukannya sebagai pengacara raja Perancis pada masa itu selaras dengan pandangan-pandangannya yang pro penguasa.
Sama seperti Dante, Dubois menyatakan bahwa penguasa (raja) dapat menerima kekuasaan dari tuhan, tanpa perlu melewati pemimpin Gereja. Bahkan, Dubois ingin agar kekuasaan dunia Gereja (Paus) dicabut dan diserahkan sepenuhnya oleh raja.
Menurut schmid, dalam beberapa hal pemikiran-pemikiran Dubois telah mampu menjawab kebutuhan hukum pada abad-abad kemudian. Misalnya, ia mengusulkan agar hubungan Negara-negara (di bawah kekuasaan Perancis) diatur dalam bentuk federasi, yang mengingatkan kita pada badan PBB sekarang. Ia juga menyatakan, bahwa raja pun memiliki kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi raja tidak terkait untuk mematuhinya.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
             Akhirnya harus saya katakan, bahwa kaum agamawan tidak jarang bertanggungjawab atas timbulnya penolakan atau berbagai macam aliran atheisme. Selama kaum agamawan hanya menyampaikan khotbah dan takhayul naïf serta tafsiran agama yang disakralkan tanpa mengacu pada problem-problem konkrit yang ada di depan hidungnya, maka atheism disitu bisa muncul sebagai reaksi kritis dan antipasti terhadap agama. Maka oleh karena itu, kaum agamawan harus belajar dari timbulnya atheisme.
3.2 SARAN
            Mungkin sudah cukup jelas pembahasan dari kelompok kami tentang aliran-aliran dalam filsafat, yang mana dalam aliran ini terdapat perbedaan-perbedaan antara satu aliran dengan aliran-aliran yang lain sehingga aliran-aliran tersebut sering berselisih paham antara satu sama lainnya, namun pada pembahasan kali ini kami hanya membahas tentang bagai mana suatu aliran itu terbentuk dan bentuk pemikiran apa yang ada didalamnya, sehingga kita dapat memahami setiap aliran-aliran dalam filsafat, seperti panteisme yang mengatakan bahwa setiap sesuatu adalah Tuhan maupun pada aliran teisme yang mengartikan bahwa Tuhan itu satu namun dengan kepribadian yang khas.









DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/aripbudiman/konsep-ketuhanan_55094ddf813311e505b1e137
http://habibahasshiamah1993.blogspot.co.id/2014/06/konsep-ketuhanan-aliran-panteisme.html
http://www.academia.edu/4851127/ALIRAN-ALIRAN_DALAM_KONSEP_KETUHANAN_DEISME_
https://istiqlalart.wordpress.com/2012/01/26/aliran-aliran-dalam-filsafat/
http://philosopherscommunity.blogspot.co.id/2012/12/konsep-ketuhanan-aliran-deisme.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar