KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat Dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Aliran-Aliran
Ketuhanan Dan Tokoh Tokohnya” ini dengan sebaik-baiknya.
Kami sadar bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa bantuan dosen pengampu, rekan-rekan dan pihak-pihak yang
telah membantu baik secara moril maupun spiritual. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak
.“Tiada Gading yang tak Retak” pepatah itulah yang mewakili
ungkapan perasaan kami bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kiranya
kritik dan saran sangat kami nanti dari para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
aliran-aliran ketuhanan................................................................................ 2
2.2 Aliran-aliran ketuhanan................................................................................................. 3
2.
Tokoh – tokoh aliran-aliran ketuhanan............................................................................ 6
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 9
3.2 Saran.............................................................................................................................. 9
Daftar
Pustaka..................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan
akal budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis.Bagi
orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi),
akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.Jadi Filsafat
Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang
Tuhan.Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan
kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat
lazimnya disebut teologi
filosofi. Hal ini bukan
menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni
makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa
pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi
ilmu, bukan pula pada teodise.Jadi pemahaman
Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para
agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk
membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat
lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll).Maka para filsuf
mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik,
dan secara refleksif, realitas
tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah
melalui sekitar diri kita.
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian aliran-aliran ketuhanan ?
B. Aliran-Aliran Ketuhanan ?
C. Siapa saja tokoh tokohnya ?
1.3 TUJUAN
A. Untuk Mengetahui Pengertian aliran-aliran ketuhanan.
B. Untuk Mengetahui aliran-aliran ketuhanan.
C. Tokoh – tokoh aliran-aliran ketuhanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
ALIRAN-ALIRAN KETUHANAN
Ketuhanan dan Aliran Ketuhanan
Filsafat Ketuhanan .Pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi
(filosofis). Bagi penganut agama tertentu terutama agama Islam, Kristen,
Yahudi, akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.
Agama Kristen
mengenal konsep Tritunggal,
yang maksudnya Tuhan memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Konsep ini terutama dipakai dalam Gereja
Katolik dan Gereja
Ortodoks. Konsep ini merupakan paham monoteistis yang dipakai sejak Konsili Nicea
I pada tahun 325 M.
Kata "Tritunggal" sendiri tidak ada dalam Alkitab.
Di dalam Ulangan 6:4ditulis
bahwa Tuhan itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah
"kesatuan dari berbagai satuan". Contohnya, pada Kejadian 2:24 ditulis "keduanya (manusia dan
istrinya) menjadi satu (ekhad) daging" berarti
kesatuan dari 2 manusia. Di Kejadian 1:26 Allah menyebut diri-Nya dengan kata
ganti "Kita", mengandung kejamakan dalam sifat Tuhan. Pengertiannya
adalah satu substansi ketuhanan, namun terdiri dari tiga pribadi.
Di samping
monoteisme yang menolak keberadaan dewa-dewi, ada ajaran henoteisme yang meyakini dan memuja satu Tuhan,
namun juga meyakini keberadaan dewa-dewi lainnya dan bahkan dapat turut memuja
mereka. Variasi istilah tersebut adalah "monoteisme inklusif" dan
"politeisme monarkis", dipakai untuk membedakan ragam dari fenomena
tersebut. Henoteisme mirip namun kurang eksklusif daripada monolatri (pemujaan satu Tuhan) karena monolator
hanya memuja satu Tuhan (menolak keberadaan dewa-dewi untuk disembah),
sedangkan penganut henoteisme dapat memuja dewa-dewi daripanteon yang mereka yakini, tergantung
keadaan, meskipun biasanya mereka hanya akan memuja satu Tuhan saja sepanjang
hidup mereka (kecuali ada konversi tertentu). Dalam beberapa agama, pemilihan
Tuhan Mahakuasa dalam kerangka henoteistis dapat saja terjadi, tergantung
alasan kultural, geografis, historis, bahkan politis.
2.2 ALIRAN-ALIRAN KETUHANAN
A. Deisme
Pertama saya tidak akan membahas arti
dari kata Deisme secara etimologi bahasa Yunani seperti umumnya tulisan orang
lain. Kedua, yang jelas, intinya yang dimaksud dengan deisme adalah sauatu
faham kepercayaan kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta, tetapi terpisah
dengan diri dan meyakini bahwa alam semestalah yang mengatur dirinya. Karena
buku rujukan yang saya punya terbatas untuk menjelaskan tentang deisme, mungkin
saya hanya akan menulis tentang pemikiran W Leibniz dan Quentin Smith, yang saya
pikir masuk kategori deisme juga jika kita lihat pemikiran dari kedua tokoh
tersebut. Terutama teori Leibniz, “tentang Eksistensi Allah dalam Argumentasi
Kosmologis”, Baiklah kita mulai pembahasan dengan pemikiran Leibniz.
a. Biografi dan Karya Leibniz
Gottfried
Wilhem von Leibniz lahir pada 1 Juli 1646 di kota Leipzig, Sachsen. Ayahnya,
Friedrich Leibniz, menjabat sebagai professor filsafat moral di Universitas
Leipzig. Ibunya bernama CatharinaScmuck adalah seorang ahli dari ahli hokum.
Ayah Leibniz meninggal pada saat ia berusia 6 tahun. Leibniz masuk Universitas
Leipzig sebagai mahasiswa hukum, pada tahun 1663 ia telah menyelesaikan program
sarjananya. Dan pada tahun 1666 ia memperoleh gelar doktornya.
b. Eksistensi Alam Semesta sebagai “Ada”
yang Kontingen
Dalam
argumentasi kosmologinya, libniz menerima adanya penyebab mundur yang tidak
terbatas. Ia tidak tergantung pada permis penolakan suatu sebab mundur yang tak
terbatas.[3] Selain itu, baginya dunia atau alam semesta adalah suatu keseluruhan
yang terdiri dari pengada-pengada yang bersifat kontingen. Rangkaian dari
pengada-pengada terhubung dengan kejadian-kejadian. Karena itu, dunia sebagai
suatu keseluruhanpun bersifat kontingen.
Bagi
Leibniz, adanya suatu eksistensi pengada selalu membutuhkan penjelasan dari
eksistensinya.[4] Dalam suatu rangkaian terjalin relasi kausalitas langsung
antara pengada yang lebih awal dan pengada yang seterusnya. Leibniz juga
memberikan batasan bagi pengada-pengada dalam suatu rangkaian untuk sampai pada
penjelasan penuh atas keberadaanya.
Lalu
bagaimana menjelaskan adanya suatu pengada yang menyebabkan seluruh
pengada-pengada dapat ada, jika segala yang ada adalah kontingen?. Jalan keluar
yang diambil Leibniz adalah bahwa pengada itu haruslah berada di luar
rangkaian, karena setiap rangkaian tidak dapat memberikan penjelasan pada
dirinya sendiri. Adanya eksistensi ini harus dijelaskan dalam suatu aktivitas
kausal dari pengada di luar rangkaian tersebut.[5] Karena itu haruslah ada
suatu pengada yang niscaya, yang oleh Leibniz disebut sufficient reason. Setiap
pengada harus memiliki prinsip ini sebagai jaminan eksistensinya.
B. Pantheisme
Istilah panenteisme telah
diperkenalkan pertama kali oleh filsuf idealis Jerman Karl Friedrich Christian
Krause (1781-1832). Panenteisme berasal dari kata Yunani panberarti semua,
enberarti didalam dan theos yang berarti Tuhan. Dengan demikian, berarti Semua
berada di dalam Tuhan (all-in-God).[6]
Istilah ini merujuk kepada sebuah sistem kepercayaan yang beranggapan
bahwa dunia semesta berada dalam Tuhan. Bagi Karl Friedrich Christian Krause
(1781-1832) sebagai seorang Hegelian dan guru Schopenhauer, mempergunakan kata
panenteisme untuk mendamaikan konsep teisme dengan panteisme. Istilah
panenteisme muncul pertama kali sebagai system pemikiran filosofis dan religius
pada tahun 1828. Harry Austryn Wolfson (1887-1974), Profesor Harvard University
seorang ahli spritualis Yunani kuno.
Sementara
itu, pandangan panenteisme di abad 20 dan 21. dipengaruhi oleh gagasan Teologi
Proses, yang cenderung menolak transendensi Tuhan, kemahakuasaan dan
kemahatahuan. Para Ilmuwan, Kosmolog, filosof dan Teolog di Barat sangat
tertarik dengan panenteisme. Mereka mencapai kesepakatan: "Tuhan tidak
lain alam itu sendiri, setidak-tidaknya ditempatkan sebagai bagian dari itu.
tapi hanya tersedia bagi pengalaman mistik yang terdapat di dalamnya."
C. Theisme
Sejujurnya sangat membingungkan bagi
saya ketika subjudul diatas saya menuliskan tentang deisme dan di subjudul lain saya harus menjelaskan tentang
Theisme. Karena pada dasarny berbicara Theis dan deisme adalah sama. Arti dari
deisme yaitu dari kata deus yang berarti Allah, sedangkan theis sendiri berasal
dari kata theos yang ber arti Allah atau Tuhan.[8]
Namun
sedikit saja saya akan singgung tentang persoalan Theisme dalam perjalanan
filsafat. Seiring dengan berkembangnya peradaban dalam kancah filsafat.
Pembicaraan tentang Tuhan pernah menjadi sentral atau pusat kajian dari
filsafat setelah terjadinya pergeseran pemikiran dari kosmosentris ke
theosentris. Mungkin yang membedakan theism dengan deisme adalah bahwa Theisme
lebih bersifat universal sedangkan deisme lebih memandang bahwa Tuhan tidak
pernah mempunyai peran apapun dalam masalah keduniawian.
D. Atheisme
Istilah atheisme berasal dari dua
kata bahasa Yunani; awalan “a” yang berarti “tidak”, dan Theos yang berarti
Tuhan atau dewa, atau juga Allah.
Di
dalam literature filsafat, tanda-tanda pertama suatu pandangan atheistic bisa
ditemukan di dalam pemikiran beberapa filsuf Pra-Sokratik dan Kaum Sofis. Bagi
Kritias, para dewa adalah ciptaan atau penemuan pihak penguasa untuk
menakut-nakuti para penjahat dan pelanggar ketertiban. Secara prinsip antara
teisme dan Deisme sangat berbeda. Teisme beranggapan bahwa Tuhan adalah
transenden sekaligus immanen, sedangkan Deisme berpandangan bahwa Tuhan setelah
menciptakan alam ini kemudian membiarkannya secara mekanis berjalan sendiri
tanpa ada campur tangan Tuhan lagi
Atheisme
sebagai pandangan yang menyangkal adanya Allah dapat dibedakan menjadi dua,
yakni atheisme praktis atau atheis romantic dan atheis toeritis.
E. Naturalisme
Naturalism adalah suatu faham yang
berpanadangan bahwa manusia maju bukan karena kekuatan-kekuatan gaib melainkan
pada kekuatan diri sendiri yang membuktikan diri dalam kemajuan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itulah kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan sebagai
pemecah segala masalahmanusia itu disebut saintisme. Menurut pandangan ini
agama harus digantikan dengan ilmu pengetahuan.
Semangat
itu paling jelas dirumuskan oleh Aguste Comte (1798-1857), bapak posotivisme
yang memandang bahwa manusia berkembang melalui hukum tiga tahap dalam
kesempurnaannya. Tahap pertama adalah tahap teologis, tahap kedua adalah
metafisik dan tahap ketiga adalah menjadi manusia positiv yang rasional. Pada
tahap ketiga ini, manuisa dipandang tidak perlu lagi membutuhkan tuhan.
F. Agnotisisme
Agnostisisme berasal dari kata Yunani
agnostos yang berarti tidak dikenal, sehingga dapat dikatakan bahwa akal manusia
tidak dapat mengenal atau mengetahui ada dan tidaknya Tuhan. Agnostisisme
merupakan paham atau aliran yang berpandangan bahwa mustahil akal manusia dapat
mengetahui eksistensi Tuhan. Ini karena, akal manusia bersifat terbatas,
sehingga tidak akan mampu mengetahui sesuatu di luar jangkauan akal manusia
termasuk di dalamnya aalah realitas ketuhanan.
2.3 TOKOH-TOKOHNYA
Penulis Perancis abad ke-18, Baron
d'Holbach adalah salah seorang pertama yang menyebut dirinya ateis.
Dalam bukuSystème de la Nature (1770), ia melukiskan jagad raya dalam pengertian
materialisme filsafat, determinisme yang sempit, dan ateisme. Buku ini dan
bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh Parlemen
Paris, dan salinan-salinannya dibakar
di depan umum.
2.
Thomas Paine
Thomas
Paine adalah salah seorang tokoh deisme yang militan. Tulisannya tentang
politik “Common Sense” dan “The Rights of Man” sangat dipengaruhi oleh konsep
deisme. Pemikiran Paine berpengaruh juga pada revolusi Prancis dan Amerika.
Latar belakang pemikiran deisme Paine adalah karena dia melihat para pemimpin
gereja sangat membelenggu umat. Karena itu, Paine menulis sebuah buku “The Age
of Reason”, yang intinya menolak wahyu ilahi dan mengagungkan kemampuan akal.
Paine mengatakan bahwa dia percaya dengan Tuhan Esa, maha
kuasa, maha mengetahui, dan maha sempurna. Dan dia juga menegaskan bahwa Tuhan
tidak terbatas oleh akal, bahkan satu-satunya cara mengungkapkan Tuhan hanya
dengan akal. Dia telah menolak adanya ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu.
Karena menurut dia, katika wahyu dikaitkan dengan agama, maka ada pesan
tersendiri dari Tuhan yang akan disampaikan kepada manusia. Namun, pesan itu
hanya diwahyukan kepada orang tertentu saja, tidak kepada orang lain. Bahwa
wahyu itu hanya diturunkan kepada dirinya bukan kepada orang lain. Oleh sebab
itu, orang lain tidak wajib untuk mempercayai adanya wahyu. Pendapat Paine,
yaitu bahwa wahyu Tuhan yang sebenarnya adalah manusia yang sudah dilengkapi
oleh akal.
3.
John Salisbury (1115 – 1180)
Salisbury adalah seorang
rohaniawan pada abad pertenganhan. Ia banyak mengkeritik kesewenangan penguasa
waktu itu. Menurutnya, Gereja dan Negara perlu bekerja sama ibarat hubungan
organis antara jiwa dan raga.
Dalam menjalankan pemerintahannya, penguasa wajib
memperhatikan hukum tertulis dan tidak tertulis (hukum alam), yang mencerminkan
hukum-hukum Allah
Menurut Salisbury, jikalau masing-masing penduduk bekerja
untuk kepentingannya sendiri, kepentingan masyarakat akan terpelihara dengan
sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan kehidupan bernegara itu seperti
kehidupan dalam sarang lebah, yang sangat memerlukan kerjasama dari semua
unsur, suatu pandangan yang bertitik tolak dari pendekatan organis.
4.
Dante Alighieri (1265 - 1321)
Seperti
halnya dengan filsuf-filsuf abad pertengahan, filsafat Dante sebagian besar
merupakan tanggapan terhadap situasi yang kacau-balau pada masa itu.
Baik Jerman maupun Perancis pada abad pertengahan,
menghadapi perselisihan dengan kekuasaan paus di Roma. Dante, dalam hal ini
berada pada kubu penguasa. Ia amat menentang penyerahan kekuasaan duniawi
kepada Gereja. Baginya, keadilan baru dapat ditegakkan apabila pelaksanaan
hukum diserahkan pada satu tangan saja berupa pemerintahan yang absolute.
Dante berusaha memberikan legitimasi terhadap kekuasaan
monarki mondial. Monarki dunia inilah yang menjadi badan tertinggi yang
memutuskan perselisihan antara penguasa yang satu dengan penguasa yang lainnya.
Dasar hukum yang dijadikan pegangan adalah hukum alam, yang mencerminkan
hukum-hukum Tuhan. Menurut Dante, badan tertinggi yang memperoleh legitimasi
dari Tuhan sebagai monarki dunia ini adalah kekaisaran Romawi. Hanya saja, pada
abad pertengahan sudah digantikan oleh kekuasaan Jerman dan kemudian oleh
Perancis, Eropa.
5.
Piere Dubois (lahir 1255)
Dubois
adalah salah satu filsuf terkemuka Perancis kedudukannya sebagai pengacara raja
Perancis pada masa itu selaras dengan pandangan-pandangannya yang pro penguasa.
Sama seperti Dante, Dubois menyatakan bahwa penguasa (raja)
dapat menerima kekuasaan dari tuhan, tanpa perlu melewati pemimpin Gereja.
Bahkan, Dubois ingin agar kekuasaan dunia Gereja (Paus) dicabut dan diserahkan
sepenuhnya oleh raja.
Menurut schmid, dalam beberapa hal pemikiran-pemikiran
Dubois telah mampu menjawab kebutuhan hukum pada abad-abad kemudian. Misalnya,
ia mengusulkan agar hubungan Negara-negara (di bawah kekuasaan Perancis) diatur
dalam bentuk federasi, yang mengingatkan kita pada badan PBB sekarang. Ia juga
menyatakan, bahwa raja pun memiliki kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi
raja tidak terkait untuk mematuhinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Akhirnya
harus saya katakan, bahwa kaum agamawan tidak jarang bertanggungjawab atas
timbulnya penolakan atau berbagai macam aliran atheisme. Selama kaum agamawan
hanya menyampaikan khotbah dan takhayul naïf serta tafsiran agama yang
disakralkan tanpa mengacu pada problem-problem konkrit yang ada di depan
hidungnya, maka atheism disitu bisa muncul sebagai reaksi kritis dan antipasti terhadap
agama. Maka oleh karena itu, kaum agamawan harus belajar dari timbulnya
atheisme.
3.2 SARAN
Mungkin sudah cukup jelas
pembahasan dari kelompok kami tentang aliran-aliran dalam filsafat, yang mana
dalam aliran ini terdapat perbedaan-perbedaan antara satu aliran dengan
aliran-aliran yang lain sehingga aliran-aliran tersebut sering berselisih paham
antara satu sama lainnya, namun pada pembahasan kali ini kami hanya membahas
tentang bagai mana suatu aliran itu terbentuk dan bentuk pemikiran apa yang ada
didalamnya, sehingga kita dapat memahami setiap aliran-aliran dalam filsafat,
seperti panteisme yang mengatakan bahwa setiap sesuatu adalah Tuhan maupun pada
aliran teisme yang mengartikan bahwa Tuhan itu satu namun dengan kepribadian
yang khas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/aripbudiman/konsep-ketuhanan_55094ddf813311e505b1e137
http://habibahasshiamah1993.blogspot.co.id/2014/06/konsep-ketuhanan-aliran-panteisme.html
http://www.academia.edu/4851127/ALIRAN-ALIRAN_DALAM_KONSEP_KETUHANAN_DEISME_
https://istiqlalart.wordpress.com/2012/01/26/aliran-aliran-dalam-filsafat/
http://philosopherscommunity.blogspot.co.id/2012/12/konsep-ketuhanan-aliran-deisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar